Dalam dunia akademik, publikasi di jurnal ilmiah sangatlah penting untuk memperoleh pengakuan dan reputasi sebagai seorang ilmuwan. Namun, tidak semua jurnal ilmiah memiliki reputasi yang sama. Ada jurnal-jurnal ilmiah yang disebut sebagai jurnal predator atau predatory journals, yang tidak memenuhi standar kualitas dan integritas dalam penelaahan dan publikasi artikel ilmiah. Jurnal predator sering menawarkan penerbitan cepat dan murah tanpa memperhatikan kualitas penelitian dan artikel yang dipublikasikan. Dalam artikel ini, kita akan membahas seberapa bahaya bila nekat publikasi di jurnal predator.
Pertama-tama, jurnal predator tidak memiliki kredibilitas yang tinggi dalam komunitas akademik. Publikasi di jurnal ilmiah yang memiliki reputasi yang buruk dapat merusak reputasi seorang peneliti atau akademisi. Jika seorang ilmuwan terus-menerus mempublikasikan artikel di jurnal predator, hal ini akan membuatnya kehilangan kredibilitas dan dianggap tidak serius oleh komunitas akademik. Ini akan mempengaruhi kemungkinan untuk memperoleh dukungan dan dana penelitian dari institusi, karena kepercayaan pada kualitas penelitian yang dilakukan juga dipertanyakan.
Kedua, jurnal predator sering tidak menerapkan proses penelaahan artikel ilmiah yang ketat. Proses penelaahan adalah proses kritis yang dilakukan oleh para ahli dalam bidang tertentu untuk mengevaluasi dan memberikan masukan atas artikel ilmiah yang diajukan untuk dipublikasikan. Proses penelaahan yang ketat dijalankan oleh jurnal-jurnal ilmiah terkemuka untuk memastikan bahwa artikel yang dipublikasikan memenuhi standar kualitas dan integritas yang tinggi. Namun, jurnal predator sering tidak menerapkan proses penelaahan yang ketat atau bahkan tidak melakukan penelaahan sama sekali. Sebagai akibatnya, artikel yang dipublikasikan di jurnal predator sering tidak terverifikasi atau tidak memiliki kualitas yang baik. Ini berarti bahwa hasil penelitian yang dipublikasikan dapat dianggap tidak valid atau tidak dapat diandalkan, karena tidak melewati proses penelaahan yang ketat.
Ketiga, jurnal predator sering memanfaatkan sistem biaya terbuka (open access) yang mahal untuk mendapatkan uang dari para penulis. Sistem biaya terbuka memungkinkan artikel ilmiah untuk diakses oleh siapa saja secara gratis atau dengan biaya rendah. Namun, beberapa jurnal predator memanfaatkan sistem ini untuk mendapatkan uang dari para penulis. Mereka meminta biaya penerbitan yang tinggi dan tidak masuk akal, meskipun artikel yang dipublikasikan tidak melewati proses penelaahan yang ketat atau bahkan tidak melewati proses penelaahan sama sekali. Hal ini berpotensi menimbulkan kerugian finansial bagi para penulis, terutama bagi mereka yang tidak memiliki dana penelitian yang cukup untuk membiayai publikasi artikel di jurnal-jurnal terkemuka.
Keempat, publikasi di jurnal predator dapat merusak karir akademik seseorang. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, publikasi di jurnal predator dapat merusak reputasi seorang peneliti atau akademisi. Selain itu, publikasi di jurnal predator juga dapat mempengaruhi peluang untuk memperoleh promosi akademik, posisi akademik, atau penghargaan akademik. Institusi akademik dan badan penghargaan akademik cenderung mempertimbangkan publikasi di jurnal-jurnal ilmiah yang diakui sebagai faktor penting dalam menentukan kualitas penelitian seseorang. Jika seorang peneliti atau akademisi memilih untuk mempublikasikan artikel di jurnal predator, hal ini dapat mempengaruhi pandangan institusi akademik atau badan penghargaan akademik terhadap kualitas penelitian dan kemampuan akademik seseorang.
Kelima, publikasi di jurnal predator dapat memperburuk krisis reproduktibilitas dalam penelitian ilmiah. Krisis reproduktibilitas dalam penelitian ilmiah terjadi ketika hasil penelitian yang telah dipublikasikan tidak dapat direplikasi atau tidak dapat dikonfirmasi oleh peneliti lain. Salah satu faktor penyebab krisis reproduktibilitas adalah publikasi di jurnal predator. Artikel yang dipublikasikan di jurnal predator seringkali tidak melewati proses penelaahan yang ketat dan tidak memiliki kualitas yang baik. Artikel semacam ini kemungkinan besar tidak akan dipublikasikan di jurnal ilmiah terkemuka yang menerapkan proses penelaahan yang ketat. Oleh karena itu, artikel semacam ini tidak terverifikasi secara independen dan tidak dapat diandalkan. Jika banyak artikel yang dipublikasikan di jurnal predator yang tidak dapat diandalkan, hal ini dapat memperburuk krisis reproduktibilitas dalam penelitian ilmiah secara umum.
Kesimpulannya, publikasi di jurnal predator memiliki banyak risiko dan bahaya. Jurnal predator tidak memiliki kredibilitas yang tinggi dalam komunitas akademik, sering tidak menerapkan proses penelaahan artikel ilmiah yang ketat, memanfaatkan sistem biaya terbuka yang mahal untuk mendapatkan uang dari para penulis, dapat merusak karir akademik seseorang, dan memperburuk krisis reproduktibilitas dalam penelitian ilmiah. Oleh karena itu, sebaiknya hindari publikasi di jurnal predator dan lebih memilih publikasi di jurnal ilmiah yang memiliki reputasi yang baik dan menerapkan proses penelaahan artikel ilmiah yang ketat. Selain itu, sebaiknya periksa terlebih dahulu reputasi jurnal sebelum memutuskan untuk mempublikasikan artikel di jurnal tersebut. Pastikan jurnal tersebut telah terindeks pada basis data jurnal terkemuka, seperti Scopus atau Web of Science, dan telah diakui oleh komunitas akademik sebagai jurnal yang memiliki standar kualitas dan integritas yang baik. Dengan demikian, hasil penelitian dapat diakui secara global, dapat memberikan dampak positif pada karir akademik seseorang dan kemajuan ilmu pengetahuan secara keseluruhan.
Gambar ilustrasi kredit untuk David Parkins: https://www.nature.com/articles/d41586-019-03759-y