Akhir-akhir ini, maraknya isu dosen-dosen yang menggunakan joki jurnal membuat banyak perdebatan. Joki jurnal adalah praktik yang mengandalkan jasa pihak ketiga untuk membuatkan jurnal ilmiah bagi penulis. Adanya dosen yang memanfaatkan joki jurnal ini karena terlalu sibuk atau kurang memiliki waktu untuk menulis jurnal sendiri. Padahal, jurnal ilmiah adalah representasi dari hasil penelitian dan pemikiran seseorang, sehingga joki jurnal ini bertentangan dengan etika akademik.
Menurut sejumlah sumber, maraknya dosen yang menggunakan joki jurnal disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tekanan untuk mempublikasikan jurnal ilmiah. Dosen diharuskan mempublikasikan jurnal ilmiah untuk meningkatkan prestasi akademis dan memperoleh penghargaan. Oleh karena itu, banyak dosen yang memanfaatkan joki jurnal sebagai solusi untuk memenuhi tekanan tersebut.
Kedua, kurangnya waktu dan motivasi untuk menulis jurnal sendiri. Banyak dosen yang sibuk dengan tugas mengajar, menyelesaikan tugas administratif, dan menjalankan kegiatan lain yang tidak memungkinkan mereka untuk menulis jurnal dengan baik. Motivasi juga memainkan peran penting dalam kesuksesan penulisan jurnal, sehingga jika motivasi tidak ada, dosen akan kesulitan dalam menulis jurnal sendiri.
Ketiga, kurangnya keahlian dalam menulis jurnal ilmiah. Penulisan jurnal ilmiah membutuhkan keahlian khusus dan teknik yang berbeda dari penulisan umum. Banyak dosen yang merasa kurang yakin dengan keahlian mereka dalam menulis jurnal, sehingga mereka memanfaatkan joki jurnal sebagai solusi.
Maraknya dosen yang menggunakan joki jurnal membawa dampak negatif bagi dunia akademis. Pertama, hal ini merugikan kredibilitas dosen dan institusi pendidikan. Jurnal ilmiah harus mewakili hasil penelitian dan pemikiran seseorang, sehingga jika jurnal tersebut ditulis oleh pihak ketiga, maka kredibilitas dosen dan institusi pendidikan tersebut akan tercoreng.
Kedua, hal ini juga merugikan mahasiswa. Mahasiswa mengandalkan jurnal ilmiah sebagai sumber informasi untuk men ambah wawasan dan memperoleh pengetahuan baru. Jika jurnal ilmiah yang diterima oleh mahasiswa tidak benar-benar mewakili hasil penelitian dan pemikiran dosen, maka mahasiswa akan terdeprived dari informasi yang seharusnya mereka dapatkan.
Ketiga, hal ini juga merugikan kemajuan ilmu pengetahuan. Jurnal ilmiah merupakan sumber informasi dan wawasan bagi para peneliti lain. Jika jurnal ilmiah yang dipublikasikan tidak benar-benar mewakili hasil penelitian dan pemikiran dosen, maka ini akan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan membingungkan para peneliti lain.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya perbaikan sistem dan kultur akademis. Pertama, institusi pendidikan harus memberikan dukungan dan waktu yang cukup bagi dosen untuk menulis jurnal ilmiah. Ini bisa dilakukan dengan memberikan dosen bebas tugas atau mengurangi beban tugas lainnya.
Kedua, institusi pendidikan juga harus memberikan pelatihan dan bimbingan bagi dosen dalam menulis jurnal ilmiah. Pelatihan dan bimbingan ini bisa berupa workshop, seminar, atau program mentoring.
Ketiga, institusi pendidikan harus membuat sanksi bagi dosen yang terbukti menggunakan joki jurnal. Sanksi ini bisa berupa pengurangan gaji, sanksi administratif, atau bahkan pemecatan.
Maraknya dosen yang menggunakan joki jurnal memang merupakan masalah besar bagi dunia akademis. Namun, dengan perbaikan sistem dan kultur akademis, hal ini bisa diatasi dan dunia akademis bisa kembali memiliki kredibilitas dan integritas yang baik. Penting bagi para dosen dan institusi pendidikan untuk bertanggung jawab dan memastikan bahwa jurnal ilmiah yang dipublikasikan mewakili hasil penelitian dan pemikiran mereka sendiri.
*Gambar bersumber dari lisensi creative commons: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Academic_dishonesty.jpg